Saatnya Percasi Lahat Punya Ketua Baru

LAHAT I Lahataktual.co.id – Kepemimpinan tanpa amanah dan transparansi ibarat papan catur tanpa aturan: chaos, kehilangan arah, dan pada akhirnya tak lagi bermakna. Gambaran ini yang muncul dari hasil evaluasi komunitas catur Lahat terhadap kepemimpinan Ketua Percasi Lahat saat ini.

Hasil wawancara dari hati ke hati dengan anggota komunitas, baik pengurus maupun bukan, yang dilakukan sepanjang 1–15 Agustus 2025, menghasilkan satu kesimpulan tegas: tidak ada seorang pun yang menilai ketua sekarang amanah dan transparan. Bahkan lebih keras lagi, seluruh suara sepakat bahwa periode mendatang harus diisi oleh ketua baru, meski sang petahana masih menunjukkan ambisi kuat untuk bertahan.

Suara bulat ini bukan sekadar opini emosional. Sebuah polling internal komunitas beberapa waktu lalu membuktikan hal serupa. Dari 35 responden, sebanyak 33 orang menyatakan ingin mencari figur baru, dua memilih abstain, dan tidak ada seorang pun yang mendukung ketua lama. Angka ini nyaris mutlak, semacam referendum kecil yang menegaskan bahwa kepercayaan sudah habis.

Di titik ini, seharusnya ketua Percasi Lahat menyadari posisinya. Ambisi pribadi tidak dapat mengalahkan suara kolektif komunitas. Dalam organisasi olahraga, terlebih catur yang mengajarkan logika dan ketepatan langkah, keputusan terbaik justru lahir dari kemampuan membaca posisi. Dan posisi saat ini jelas: terpojok, kehilangan dukungan, hampir mati langkah.

Sikap paling elegan adalah mundur secara terhormat di akhir periode. Itulah jalan untuk menyelamatkan harga diri sekaligus membuka ruang regenerasi kepemimpinan yang lebih sehat. Sebaliknya, bila tetap memaksakan diri bertahan, sejarah hanya akan mencatat kepemimpinan ini sebagai contoh buruk: seorang pemimpin yang tuli terhadap suara anggota, buta terhadap kenyataan, dan gagal menutup masa jabatan dengan martabat.

Percasi Lahat tidak kekurangan figur potensial. Yang dibutuhkan saat ini bukan sekadar sosok baru, melainkan pemimpin baru yang amanah, transparan, dan mampu merangkul komunitas.

Saatnya lembaran lama ditutup dan babak baru dibuka. Karena sebagaimana dalam permainan catur, siapa yang enggan mengakui kekalahan, pada akhirnya hanya akan dipermalukan oleh papan itu sendiri.

Sumber : Seorang Pegiat dan Pemerhati Catur Lahat

 

Laporan: Nita